Ramai di TikTok, Apa itu Quiet Quitting dan Dampaknya dalam Bekerja ?

Beberapa hari yang lalu, pernah melintas di FYP admin mengenai Quiet Quitting dan sampai sekarang ini masih sangat ramai untuk dibahas di platform social media TikTok. Jika ditelusuri lagi istilah ini dipopulerkan oleh konten creator asal Amerika yaitu @zaidleppin, yang mengatakan bahwa “Your Work is not your life”. Artinya adalah, Pekerjaanmu bukanlah kehidupanmu.


apa-itu-quiet-quitting
Ilustrasi Stress, Shutterstock

Memang tidak mungkin untuk disangkal, bahwa budaya masing masing perusahaan tempat bekerja juga memicu aksi ini untuk dilakukan oleh para pekerja itu sendiri. Bahkan persaingan antar pekerja dan besaran gaji juga termasuk dalam lingkaran ini. Walaupun jika ditelaah kembali fenomena ini sebenarnya bukan untuk total berhenti bekerja sepenuhnya atau Resign, tapi jika melihat tren yang sedang terjadi di dunia kerja, ternyata fenomena ini mempunyai skala yang lebih luas. Yaitu menetapkan Batasan Batasan dalam bekerja.

Nah, sebenarnya apa itu Quiet Quitting dan bagaimana sifat ini bisa muncul di tempat kerja ? Simak ulasan nya berikut ini :


Baca Juga : Tips Interview Online Kerja


Apa itu Quiet Quitting ?


Jika mengutip dari Investopedia, Quiet Quitting adalah sebuah istilah yang mengacu pada sifat atau tindakan seseorang. Jika seorang karyawan disuatu perusahaan, mempunyai KPI untuk menjadi tolak ukur bagaimana performa kinerja dari karyawan tersebut, maka istilah ini mengacu bagaimana seorang karyawan tersebut melakukan pekerjaan seminimum mungkin untuk tidak menghabiskan waktu dan tenaga atau antusiasme dalam pekerjaan.

 

Quiet Quitting juga bukan mengacu pada total berhentinya seorang karyawan atau Resign dari tempat ia bekerja. Tetapi ia lebih menstabilkan antara kehidupan kerja dan kehidupan pribadinya (work life balance). Meskipun begitu, tolak ukur seorang karyawan juga mempengaruhi stabilitasnya dalam bekerja, namun dari segi pencapaian atau performa, maka seorang karyawan yang mengalami hal ini sama saja dengan Demotivasi. Yaitu, menurunnya motivasi dalam bekerja sehingga menurunkan efektifitas dalam pekerjaan nya dan membuat karyawan tersebut tidak menunjukkan performa yang baik.

 

Secara sederhananya, seorang karyawan tetap bekerja tetapi tidak melakukan pekerjaan yang secara sukarela (Bukan Jobdescnya) yang ia kerjakan karena ia bekerja tidak dihargai atau tidak sesuai dengan apa yang ia terima. 


Dalam praktiknya jika kamu melakukan suatu pekerjaan ekstra, maka kamu akan mendapatkan ekstra kredit dari atasan ataupun mendapatkan impresi dari bos, lain halnya dengan fenomena ini. Dalam pekerjaan kesehariannya, ia menetapkan Batasan dalam pekerjaan nya.


Pemicu Quiet Quitting


Beberapa pemicu hal ini karena banyaknya pekerja yang melakukan pekerjaan yang tidak sesuai dengan apa yang ia harapkan. Semisalkan, melakukan pekerjaan yang bukan tanggung jawabnya dan juga tidak mendapatkan ekstra kredit dari perusahaan meskipun kerja yang ia lakukan sebelumnya telah melebihi kapasitas kerja yang ia kerjakan. Seperti mendapatkan kompensasi kerja, atau uang lembur, dsb. Beberapa Gen Z juga mengatakan hal yang sama, bahkan tidak sedikit yang berkomentar sama di platform TikTok tersebut, “kerjalah sesuai dengan gajimu. Jika minimal dengan usaha maksimal, ya buat apa?”. Ini bisa jadi acuan, mengapa bisa dikatakan “Bekerjalah sesuai dengan upah yang kamu terima”.

Baca Juga : Cara Menjadi Seorang Marketing Yang Handal


Apakah Quiet Quitting adalah Hal yang Bagus ?


Jika kamu adalah seorang yang mempunyai pola pemikiran seperti itu, berarti kamu tidak akan sukses dalam dunia kerja. Banyak beranggapan bahwa pola piker seperti itu adalah hal minimum untuk melakukan suatu pekerjaan yang bersifat “yang penting bekerja, dan pulang”. Jika hal ini terus berlanjut, akan ada efek negatif bagi karyawan lain yang terikut dalam arus yang sama jika seorang karyawan disebuah team melakukan hal seperti itu. Kemajuan karir dan kenaikan gaji tidak akan mungkin bisa jika mempunyai pola pemikiran seperti itu.

Jika kamu sudah merasa tidak nyaman dalam suatu pekerjaan dan memilih untuk waktu luang, ambillah waktu menyendiri dan berpikir atau mengambil waktu tertentu / cuti agar bisa meluangkan waktu Bersama keluarga dan orang tersayang. Tetapi jika kamu memang mempunyai pengalaman pahit atau merasa sudah saatnya keluar, lebih baik mengajukan pengunduran diri daripada harus melakukan Quiet Quitting.


Apakah Dampak Quiet Quitting Bisa Menular Ke Karyawan Lain ?


Sejauh ini, belum ada efek untuk karyawan lain. Ada beberapa sebab yang mempengaruhinya. Yang pertama, mindset setiap orang berbeda beda dan juga tujuan hidup masing masing berbeda. Ada yang memang berfokus untuk mencari nafkah, dan ada juga yang membutuhkan pekerjaan untuk mencari sesuatu yang lebih penting seperti pengalaman ataupun jenjang karir. Namun meskipun begitu, ketika seorang karyawan melakukan pengunduran diri, tetap pasti ditanya dan alasannya kenapa. Secara psikologis mungkin hanya mempengaruhi sedikit saja ke orang lain, tetapi tidak menutup kemungkinan sistem kerja perusahaan yang tidak adil membuat seorang karyawan melakukan tren ini.


Kesimpulan


Salah satu penyebab seseorang melakukan hal Quiet Quitting adalah, dia melakukan pekerjaan yang bukan seharusnya ia kerjakan. Frustasi, stress memang bisa jadi pemicu seseorang melakukan hal ini. Ditambah lagi, kurangnya komunikasi yang efektif sehingga menimbulkan kekhawatiran namun takut untuk diungkapkan karena nantinya salah asumsi ataupun menjadi berbeda persepsi.

Di banyak kasus, karyawan mengungkapkan beberapa kekhawatiran mereka mengenai system kerja yang overload / berlebihan, namun dari atasan yang kurang advokasi atau penyelesaian / penengah dan lambat atau bahkan tidak sama sekali menjadi pemicunya. Alih alih untuk menyelesaikan, atasan bisa jadi malah mendorong karyawan untuk bergiat kerja sehingga karyawan yang mengalami ini mengambil tindakan sendiri atas kemauannya yang tidak mendapatkan support.

 

Jadi, ketika seorang karyawan melakukan tindakan ini dan mulai menampakkan gejalanya, segeralah melakukan mediasi agar kinerja karyawan tersebut baik kembali. Usahakan system komunikasi yang baik dan jadilah pendengar yang baik agar bisa menyelesaikan permasalahan yang mereka hadapi nantinya. Meskipun begitu, perlu kamu ingat kembali bahwa jangan pernah melupakan apa yang menjadi tujuan kamu dalam bekerja dan pension hanya karena kamu diberikan tugas berlebih dalam bekerja. Anggaplah semua pekerjaan itu sebagai nilai tambah dan pengalaman dalam bekerja. 

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url